Jajanan Tradisional "Semar Mendem"
Mungkin saja masih banyak orang yang belum mengetahui keberadaan jajanan ini, jajanan enak ini berasal dari Kota Solo yang terkenal dengan banyaknya variasi kuliner yang muncul dari kota kelahiran Presiden Indonesia saat ini, Joko Widodo.
Secara visual kudapan ini berbentuk seperti lemper yang sudah sering kita kenal. Ya, benar saja karena jajanan ini memanglah saudara dekat lemper. Dari luar kita dapat melihat gulungan dadar telur yang menyelimuti bagian dalamnya. Tetapi saat kita potong bagian tengahnya kita bisa melihat olahan ketan dan isian ayam suwir. Alih alih memakai daun pisang seperti bungkus lemper, Semar Mendem ini dibalu dengan crepes telur yang dicampur dengan terigu agar lebih tebal dan gurih. Rasa isiannya tak jauh berbeda dengan lemper yang juga punya ketan isian ayam suwir yang gurihnya mengecap dilidah. Tapi crepes telurnya yang lebih manis menambah variasi rasa yang bisa anda temukan.
Secara visual kudapan ini berbentuk seperti lemper yang sudah sering kita kenal. Ya, benar saja karena jajanan ini memanglah saudara dekat lemper. Dari luar kita dapat melihat gulungan dadar telur yang menyelimuti bagian dalamnya. Tetapi saat kita potong bagian tengahnya kita bisa melihat olahan ketan dan isian ayam suwir. Alih alih memakai daun pisang seperti bungkus lemper, Semar Mendem ini dibalu dengan crepes telur yang dicampur dengan terigu agar lebih tebal dan gurih. Rasa isiannya tak jauh berbeda dengan lemper yang juga punya ketan isian ayam suwir yang gurihnya mengecap dilidah. Tapi crepes telurnya yang lebih manis menambah variasi rasa yang bisa anda temukan.
Meski makanan ini berasal dari Solo, Jawa Tengah. Namun, keberadaannya saat ini dapat dengan mudah dijumpai di Yogyakarta. Lantas Mengapa Jajanan ini dinamakan semar mendem? Menurut cacatan sejarah, nama semar sendiri merupakan representasi dari kekuasaan. Sedangkan mendem merupakan istilah lain dari kata “mabuk”. Jadi, secara harafiah semar mendem digunakan sebagai penggambaran bahwa tidak semestinya ‘para semar’ itu mendem (mabuk) kekuasaan, sehingga mengesampingkan kepentingan rakyat dan kebenaran. Filosofi lain dari nama semar mendem adalah bahwa semar (pewayangan) merupakan sosok yang sangat doyan makan, Ia makan hingga kekenyangan, dalam Bahasa Jawa, kekenyangan atau ‘mabuk’ disebut juga mendem.
Bahan Bahan ketan:
- 500 gram beras ketan putih, rendam selama 2 jam, tiriskan
- 250 ml santan
- 1 sdt garam
- 2 lembar daun pandan, simpul
Bahan isi:
- 2 buah dada ayam fillet, rebus dan suwir
- 1 lembar daun salam
- 1 batang serai, memarkan
- 200 ml santan
- 2 sendok makan minyak goreng
Bumbu halus:
- 1 sdt ketumbar
- 3 siung bawang putih
- 6 butir bawang merah
- 2 butir kemiri, sangrai
- 1/2 sdt asam
- 1/2 sdt garam
- 3 sdt gula merah
Dadar telur:
- 4 butir telur
- 2 sdm tepung terigu
- 10 sdm air
- 1/4 sdt garam
- Minyak goreng secukupnya
Cara Membuat
- Isi: panaskan minyak goreng, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan ayam suwir, daun salam, dan serai, masak hingga kering, angkat dan dinginkan.
- Dadar telur: kocok bahan hingga tercampur rata, kecuali minyak goreng. Panaskan wajan yang telah diberi minyak goreng, buat dadar tipis-tipis. Lakukan hingga adonan telur habis.
- Ketan: kukus ketan dengan daun pandan sampai setengah matang, keluarkan dari kukusan. Masukkan ke dalam panci, tuang santan dan beri garam. Masak dengan api kecil hingga agak mengering, kemudian kukus kembali hingga matang, angkat.
- Selagi ketan masih panas, tuang ke dalam loyang datar, ratakan setebal 1 cm. Potong ketan sebesar 6 x 8 cm. Isi setiap potong ketan dengan 1 sendok makan tumisan ayam, rapatkan dan bentuk. Bungkus dengan telur dadar. Lakukan hingga adonan habis. Siap disajikan.
Komentar
Posting Komentar