Si Manis Kue Lupis

Gambar terkaitMasyarakat Jawa memang selalu senang bermain dengan simbol-simbol. Melalui simbol-simbol itulah mereka mengajarkan nilai-nilai atau pesan moral kepada anak cucunya. Pesan moral ini tersembunyi hampir di setiap aspek kehidupan mereka. Bahkan, dari hal yang kecil sekalipun. Termasuk, dalam hal kuliner.
Bicara masalah kuliner, ada salah satu jajanan tradisional Jawa yang masih cukup digemari oleh masyarakat, di tengah masuknya beragam makan-makanan modern dewasa ini.
Sebut saja, kue lopis. Kue tradisional ini masih dapat kita jumpai di pasar-pasar tradisonal. Umumnya, lopis dijual bersamaan dengan makanan tradisional yang lain, seperti ketan, cenil, gethuk, grontol (jagung pipil rebus), dan lain-lain. Bahan baku pembuatan kue lopis adalah ketan, yang dimasak dengan bungkus daun pisang, dibentuk menyerupai lontong. Penyajiannya dengan cara dipotong tipis-tipis, lalu disiram saus gula jawa serta parutan kelapa. Kue lopis biasanya disajikan sebagai makanan pembuka, atau dapat pula menjadi camilan berat.
Sebagai makanan tradisional Jawa, kue lopis juga tak lepas dari simbol-simbol. Berdasarkan bahan baku dan cara pembuatannya, ternyata kue lopis menyimbolkan sebuah rasa persaudaraan yang sangat erat. Bahan baku lopis yang terbuat dari ketan, melambangkan sebuah persatuan. Sesuai dengan makna dari nama ketan itu sendiri, yaitu “Kraketan”. Kraket berarti erat. Setelah direbus, ketan akan menjadi sangat lengket. Lebih lengket dibandingkan nasi. Setiap butir ketan yang telah direbus akan lengket satu sama lain sehingga menjadi satu. Hal ini melambangkan bahwa sebagai sesama kita harus saling peduli dan mengingatkan kepada kebaikan.
Adapun warna beras ketan yang putih bersih, melambangkan kesucian hati. Sedangkan, bungkusnya yang dari daun pisang berwarna hijau, melambangkan kemakmuran. Wah! Ternyata, dari jajanan sederhana nan lezat ini, terkandung pesan yang sedemikian rupa. 😀

Komentar

Jajanan Tradisional Nusantara