Asal Mula Jenang Kudus
Jenang kudus, kuliner ikonik Kudus, Jawa Tengah, punya cerita legendaris yang berasal dari masa Walisongo. Nggak hanya cerita yang melatarbelakangi, kelegendarisan jenang kudus sebagai kekayaan kuliner juga sudah diakui.
Kalau Bandung itu Kota Kembang, Kudus adalah Kota Jenang. Penganan tradisional yang bentuknya mirip dodol ini dibuat dari tepung beras ketan, gula jawa dan santan kelapa.
Oleh-oleh khas Kudus yang wajib dicicip ini memiliki rasa manis legit, empuk, dan lengket. Jajanan ini selalu mejeng loh di setiap ruko atau toko yang berada di sepanjang jalan di Kudus, Jawa Tengah. Nah, jejak sejarahnya bisa ditelusuri dari cerita rakyat yang berkembang di Desa Kaliputu, Kecamatan Kudus, Kota Jawa Tengah.
Dikutip dari Tribunwisata (9/9/2017), riwayat jenang nggak lepas dari sosok-sosok masyhur yaitu Sunan Kudus, Saridin atau Syekh Jangkung, dan Mbah Dempok Soponyono. Berdasarkan cerita rakyat itu, konon suatu hari Sunan Kudus, Syekh Jangkug, dan Mbah Dempok Soponyono dan cucunya melakukan perjalanan. Ketika cucu Mbah Dempok Soponyono bermain burung dara di tepi sungai yang selanjutnya diberi nama Sungai Kaliputu, dia tercebur dan hanyut. Anak malang itu kemudian ditolong oleh warga setempat. Meski tertolong, ternyata cucu Mbah Dempok diganggu oleh Banaspati, makhluk halus berambut api. Kala itu, Syekh Jangkung dan Sunan Kudus sedang lewat, dan menghampiri kerumunan warga yang sedang panik.
Sunan Kudus menyimpulkan, bocah itu telah meninggal dunia. Tetapi Syekh Jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok itu hanya mati suri. Itu artinya masih hidup. Dan untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta kepada ibu-ibu agar membuat jenang bubur gamping untuk diberikan kepada bocah itu.Kenapa dinamai bubur gamping? Sebab makanan itu dibuat dari tepung beras, garam, dan santan kelapa. Warnanya hampir menyerupai gamping. Nah, setelah disuapi jenang bubur gamping, bocah itu hidup kembali. Mengetahui hal itu Mbah Dempok amatlah senang dan bersyukur.
Kamu tahu, Millens, kisah itu juga menjadi asal-usul nama “Kaliputu” yang diambil dari kata “kali (sungai)” dan “putu (cucu)”, berasal kejadian cucu keterhanyutan cucu Mbah Dempok.
Saat itu, Sunan Kudus berucap, “Suk nek ana rejaning jaman, wong Kaliputu uripe saka jenang.” (Suatu saat kelak jika zaman sudah ramai, orang Kaliputu hidup dari jenang).
Betul sekali, kisah yang manis itu melahirkan jenang dan menjawab pertanyaan kenapa daerah Kaliputu menjadi sentra produksi jenang kudus.
Sebagai rasa syukur atas berkah dan bisnis jenang yang menghidupi, masyarakat Kaliputu mengadakan kirab budaya Tebokan atau arak-arakan jenang yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Sura (Muharram).
Sudah tahu kan, cerita sejarahnya? Sekarang giliran kepo yuk sama produsen yang paling terkenal plus ternama.
Dilansir dari mubarokfood.co.id, CV Mubarokfood Cipta Delicia dikenal sebagai produsen makanan tradisional jenang Kudus yang telah melewati beberapa titian sejarah. Produsen jenang ini sudah moncer banget.
Produk jenangnya yang dinamai Jenang Kudus Mubarok dirintis oleh Hj Alawiyah sebagai generasi pertama produsen jenang Kudus. Lokasi penjualannya berada di Pasar Kudus, sekarang dikenal sebagai tempat parkir para peziarah makam Sunan Kudus di Masjid Menara (Masjid Al Manar atau Masjid Al Aqsa Manarat Qudus). Setelah Alawiyah meninggal, usaha jenang dilanjutkan putranya, H Achmad Shochib, yang perusahaannya dikenal sebagai Perusahaan Jenang Tiga-Tiga (PJ. Tiga Tiga). Di tangannya, perusahaan berkembang dan melahirkan merek Sinar Tiga Tiga sebagai identitas produk.
Komentar
Posting Komentar