KUE UNIK NAGASARI
Nagasari atau Nogosari (Jawa) adalah jenis kue tradisional dan termasuk dalam golongan kue basah. Kue Nagasari merupakan kue tradisional yang sangat populer dalam masyarakat yang diwariskan secara turun–temurun. Nama nagasari sendiri sampai sekarang belum memiliki informasi pasti dari mana berasalnya namun ditinjau dari namanya terdapat dua suku kata yakni Naga dan Sari, kita mengetahui bahwa Naga adalah hewan legenda dari daratan cina yang hidupnya kuat serta salah satunya di lambangkan sebagai jiwa yang terhormat sedangkan Sari dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai isi utama dari suatu benda. Jadi bila disatukan,Nagasari berarti isi utama dari suatu benda yang terhormat atau melegenda.
Acara yang sering menyajikan kue Nagasari adalah kenduri, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya. Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebuatan Selamatan atau Kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke Nusantara. Dalam praktekya, kenduri merupakan sebuah acara berkumpul, yang umumnya dilakukan oleh laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan oleh penyelenggara yang mengundang masyarakat sekitar untuk datang dan dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian di bidang tersebut; seperti Kiyai.
Sedangkan bagi kaum perempuan, kenduri memberikan ruang privasi dalam berbagi informasi baik tentang keluarga sendiri maupun tetangga yang lain. Di sinilah wanita bisa saling bertukar cerita dengan bebas tanpa gangguan dari kaum laki-laki selama mereka menyiapkan makanan, karena wanita akan bekerja mempersiapkan kenduri dalam waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 4-7 hari pada masa perayaan.
Pada zaman sekarang, kenduri masih banyak dilakukan oleh segala lingkup masyarakat baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Karena kenduri merupakan sebuah mekanisme sosial untuk merawat keutuhan, dengan cara memulihkan keretakan, dan meneguhkan kembali cita-cita bersama, sekaligus melakukan kontrol sosial atas penyimpangan dari cita-cita bersama. Kenduri sebagai suatu institusi sosial menampung dan merepresentasikan banyak kepentingan
Kue Nagasari merupakan makanan khas daerah Indramayu. Awal munculnya kue nagasari ini konon karena Indramayu merupakan daerah penghasil beras terbesar di Jawa Barat, sehingga dengan produksi beras yang melimpah masyarakat berfikir untuk mengolah beras tidak hanya menjadi makanan pokok saja (Nasi), lalu ditumbuklah beras tersebut sehingga menjadi tepung yang mana menjadi bahan utama kue nagasari dengan campuran santan dan bahan bahan lain, kemudian kue yang dibungkus menggunakan daun pisang dan dikukus.
Nagasari Salah Satu Produk Wisata Kabupaten Indramayu
Daerah asal kue Nagasari, yakni Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang memiliki potensi untuk menjadi Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) karena kekayaan alam, tradisi, seni dan budaya serta sejarah yang dimilikinya. Letak Indramayu yang berada di pesisir pantai memiliki daya tarik tersendiri sebagai daerah wisata. Beberapa potensi pariwisata telah dikembangkan namun masih banyak yang belum tergarap secara maksimal padahal potensi-potensi tersebut merupakan aset daerah sebagai daya tarik investasi di bidang pariwisata. Obyek Wisata di Kabupaten Indramayu terdiri dari wisata alam, wisata agro, wisata ziarah, wisata rohani dan wisata kuliner.
Selain itu Indramayu juga dilintasi jalur pantura, yakni jalur utama dan terpadat di Pulau Jawa, terutama pada musim mudik lebaran. Kabupaten ini juga dilintasi oleh jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa, dengan salah satu stasiun terbesarnya adalah Stasiun Jatibarang yang berada di kota Jatibarang, sekitar 19 km ke selatan dari pusat Kota Indramayu. Oleh karena itu Indramayu memiliki potensi untuk menjadi objek daerah tempat wisata. Dan bisa menjadi penunjang agar nagasari dapat menjadi produk gastronomi yang dikenal bukan hanya didalam negeri tapi dikenal sampai luar negeri.
Hal ini bisa terjadi jika dibuat lebih banyak toko kue tradisional bukan hanya dipasar tradisional tetapi diswalayan dan area sekolah khususnya di daerah perkotaan. Kualitas nagasarinya pun harus lebih ditingkatkan dan di kemas secara inovatif agar menarik konsumen untuk membeli. Misalnya diberikan warna, bentuknya dirubah tidak hanya berbentuk persegi, tetapi dapat diganti dengan bentuk bintang, bunga, tokoh kartun. Daun pisang bisa diganti dengan plastik transparan agar kuenya terlihat lebih cantik dan menarik.
Bahan-bahan :
- 600 gram tepung beras
- daun pisang
- 150 gram gula pasir
- 150 gram tepung tapioka
- 1 sdt garam
- 800 cc santan dari 1 butir kelapa
- 3 lembar daun pandan
- pisang raja yang cukup tua, potong serong ukuran 4 cm, lalu Anda belah dua
Cara membuat :
- Panaskan santan masukkan daun pandan,gula dan garam, jika sudah mendidih angkat.
- Tempatkan santan dalam wadah lalu campur dengan tepung beras dan tepung tapioka. Aduk secara merata.
- Iris pisang, 1 pisang menjadi 3 bagian.
- Ambil daun, taruh adonan diatas daun lalu tempatkan pisang dibagian tengah. Bungkus dengan daun pisang.
- Kukus selama 45 menit menggunakan api sedang
Komentar
Posting Komentar