KUE ADEE DARI ACEH
Kue sejenis bikang ini, sekarang menjadi oleh-oleh favorit bagi pengguna jalan yang kebetulan melintasi kawasan Meuredu. Di rintis oleh seorang pengusaha perempuan bernama Hj. Rosna H Yahya sejak tahun 1982 yang lalu, saat ini Kue Adee dengan merk “Kak Nah” yang tidak lain merupakan nama panggilan perempuan ini, sangat dikenal tidak hanya di seputaran Pidie Jaya, tapi juga dikenal di banda Aceh, Sigli, Bireuen, Lhokseumawe, Langsa bahkan sampa ke Medan.
Supaya kue tradisional ini bisa tampil lebih “elit” dan layak untuk ditenteng sebagai oleh-oleh, pemilik usaha ini kemudian mengemas kue buatannya dalam kotak kue lengkap dengan mereknya dengan desain yang cukup menarik perhatian. Sebelumnya, Kue Adee hanya bisa ditemukan saat bulan Ramadhan atau jika sedang ada pesta-pesta perkawinan, dan hanya bisa ditemukan didaerah Pidie Jaya. Tetapi sejak tahun 2005, Kue Adee bisa ditemukan di daerah lain termasuk Banda Aceh. Terlebih setelah kejadian Tsunami Aceh pada tahun 2006 lalu, banyaknya organisasi non pemerintah yang membantu bisnis rumahan bagi korban gempa dan tsunami Aceh untuk mengembangkan bisnis mereka. Terutama bisnis makanan khas Aceh seperti Kue Adee.
Ada dua varian dari Kue Adee ini yaitu adee tepung yang berbahan dasar terigu dan ada adee ubi yang berbahan dasar singkong. Usaha pembuatan Kue Adee juga tidak butuh proses produksi yang rumit, begitu juga dengan peralatan yang digunakan, karena pembuatan kue ini cukup sederhana, campurkan tepung terigu atau parutan singkong dengan santan, gula dan telur serta sedikit air daun pandan di aduk rata kemudian dimasukkan loyang lalau dipanggang di dalam oven.
Aroma bawang goreng dan rasa pandan di tambah dengan tekstur lembut dan kenyal benar-benar menggugah selera. Harga Kue Adee sendiri bervariasi tergantung ukuran, yaitu Rp 20.000 untuk ukuran kecil dan Rp 30.000 untuk ukuran besar. Cara menjajakan Kue Adee ini sebagai oleh-oleh juga agak unik, Kue Adee dipajang di oulet bersama loyangnya, jika ada pembeli baru kue itu dikeluarkan dari loyang, baru kemudian dimasukkan ke dalam kotak.
Bagi Anda yang baru pertama kali mendatangi outlet, tentu akan merasa heran melihat tumpukan Loyang berisi kue berwarna kecoklatan itu berderet di kaca etalase. Ada alasan sang pembuat kue untuk mempertahankan cara menjajakan Kue Adee seperti ini, kue yang dibiarkan dalam loyang akan lebih awet dan tidak cepat basi, dengan cara ini juga pembeli langsung dapat melihat “fisik” dari kue dan bisa memilih sendiri kue dari loyang mana yang akan dibeli. Karena proses pembuatannya tanpa memakai bahan pengawet, penganan yang teksturnya lembut dan legit ini hanya tahan paling lama empat hari.
Komentar
Posting Komentar